
MAN Insan Cendekia Pasuruan menggelar Pemutaran Film Moderasi Beragama dan Workshop Pentigraf bersama PBAL2K. Dr. H. Sidik Sisdiyanto menegaskan pentingnya moderasi sebagai jalan tengah keberagaman, sementara Ibu Nurul Ludfia Rochmah membimbing siswa menulis pentigraf yang singkat, ringkas, dan penuh kejutan.
Moderasi dan Literasi Menyatu di MAN IC Pasuruan: Film, Pentigraf, dan Jalan Tengah Keberagaman
Pasuruan — Suasana penuh semangat dan reflektif memenuhi Gedung Pusat Pembelajaran Terpadu (PPT) MAN Insan Cendekia Pasuruan pada Rabu, 6 November 2025. Madrasah unggulan ini kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun karakter siswa melalui kegiatan Pemutaran Film Moderasi Beragama yang dihadiri langsung oleh Dr. H. Sidik Sisdiyanto, M.Si., Kepala Pusat PBAL2K, serta H. Syamsul Ma’arif, S.Pd., M.Pd., Kepala MAN Insan Cendekia Pasuruan.
Kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran lintas nilai dan generasi. Dimulai pukul 13.00 WIB, para tamu disambut di Gedung PLKS sebelum menuju lokasi utama acara. Lagu Indonesia Raya dan Mars Madrasah berkumandang khidmat, doa dipimpin oleh Ustadz Solikan, M.Pd., dan tarian pembuka oleh siswi MAN IC Pasuruan menambah kemeriahan suasana.
Dalam sambutannya, Dr. H. Sidik Sisdiyanto, M.Si. menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat memahami dan menerima keberagaman sebagai kekuatan bangsa. Ia menegaskan, “Moderasi harus menjadi jangkar kebijaksanaan. Moderasi beragama tidak memaksa keberagaman, melainkan menjadi kompas yang menuntun arah kebijaksanaan di tengah perbedaan. Berbeda tidak harus bermusuhan, dan beragama tidak mengajarkan ekstremitas. Moderasi adalah jalan tengah.”
Dr. H. Sidik Sisdiyanto, M.Si. juga menambahkan bahwa literasi beragama harus menjadi fondasi bagi moderasi, bukan hanya sebagai bacaan dan slogan, tetapi sebagai napas kehidupan yang menjaga Indonesia tetap teguh dalam keberagaman. Menurutnya, “Literasi beragama ingin menjadikan moderasi sebagai pedoman, bukan sekadar wacana. Moderasi beragama harus menjadi napas yang menghidupi kebangsaan kita.”
Sementara itu, H. Syamsul Ma’arif, S.Pd., M.Pd. menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program penguatan literasi di MAN IC Pasuruan. “Tahun depan, insyaAllah akan banyak lahir penulis cerpen dari MAN IC Pasuruan. Madrasah kita sedang menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas akademik, tetapi juga melek literasi dan sadar nilai,” ujarnya penuh semangat. Dalam kesempatan itu, beliau juga memperkenalkan Muhammad Nafis Ghifari, siswa MAN IC Pasuruan yang akan mewakili Jawa Timur dalam LFS3N 2025 cabang menulis cerpen tingkat nasional pada 17–23 Agustus 2025.
Setelah sesi sambutan, acara berlanjut dengan Workshop Penulisan Pentigraf bersama Ibu Nurul Ludfia Rochmah, S.Pd., M.Pd. Ia menjelaskan bahwa pentigraf atau “cerita pendek tiga paragraf” adalah bentuk karya sastra mini yang menuntut kelincahan berpikir dan ketepatan memilih kata. “Alurnya singkat, tulisannya ringkas, dan setting-nya harus sesuai dengan tokoh utama,” jelasnya. Ibu Nurul juga menambahkan bahwa dalam pentigraf, unsur kejutan menjadi kunci. “Plot twist biasanya muncul di paragraf ketiga — di situlah letak keindahan ceritanya,” tuturnya.
Menurut beliau, struktur pentigraf mencakup tiga komponen penting: abstraksi, komplikasi, dan resolusi. Pada tahap abstraksi, penulis mengenalkan tokoh dan situasi. Lalu dalam komplikasi, tokoh menghadapi peristiwa atau masalah yang menegangkan. Akhirnya di resolusi, muncul penyelesaian yang seringkali mengejutkan pembaca. Dengan gaya tutur yang ringan dan inspiratif, Ibu Nurul berhasil memotivasi para peserta untuk menulis kisah sederhana yang bermakna besar.
Acara yang dipandu oleh MC Titus Ezhar Pradana dan Rayna Nayla Rahma berlangsung hangat hingga penutupan pukul 16.20 WIB. Melalui kegiatan ini, MAN Insan Cendekia Pasuruan kembali membuktikan diri sebagai madrasah yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga menjadi pusat lahirnya generasi literat, bijak, dan moderat dalam beragama.